Dianugerahi
badan langsing bukan berarti sehat loh. Langsing bawaan yang seperti aku alami
sungguh banyak membuat iri kebanyakan teman perempuan. Katanya makan dan
ngemilku banyak, tapi badan tetap langsing kalau tidak mau dibilang kurus,
malah ada yang bilang kurang ideal; kurang 5 kilo gram an lagi. Bukan hanya
karena genetika saja badanku kurus, namun jarangnya olah raga juga membuat metabolism
badanku kurang bagus. Masih kepala dua badanku sering sakit punggung dan gampang
lelah. Porsi makanku memang sedikit, gampang kenyang mungkin karena ruang di
perutku yang kecil mungil, ya itu sih baru perkiraan awamku saja. Namun jangan
ditanya soal ngemil, aku bisa ngemil apa saja, bergoreng-goreng seperti goreng
pisang dkk, bergula-gula seperti kue pukis, noga, ting-ting dkk,
bersantan-santan seperti es cendol dkk, berkacang-kacang seperti batagor dkk,
dan masih banyak lagi cemilan maknyos lainnya. I’m truly a big fan of cemilan.
Aku juga
termasuk orang yang kurang peduli tentang medical checkup. Dulu pernah sekali
melakukannya itu pun karena gratis dibayarin perusahaaan tempatku bekerja, Alhamdulillah
tidak ada kabar kalau kesehatanku bermasalah. Aku mulai concerned tentang
kesehatan semenjak kehamilan pertamaku ini.
Di awal
prenatal checkup, aku tidak begitu ngeh tentang tensi darah. Tensi pertamaku
ketika hamil adalah sekitar 122/70. Baru belakangan aku baca buku tentang
kehamilan, bahwa wanita hamil yang pada awalnya sudah berada di tensi diatas
100/70 rentan terkena darah tinggi atau hipertensi. Tentang berat badan
idealnya ketika hamil pun aku baru tahu ketika dokter memperingatkan berat
badanku yang naik 3 kg dalam satu bulan yaitu ketika usia kandunganku 5 bulan. Dia
menyarankan sebaiknya berat badakku tidak naik lebih dari 2 kg dalam satu
bulan.
Tes tekanan
darah yang aku lakukan setiap kali prenatal checkup hampir selalu dilakukan
beberapa kali sesuai permintaan suster. Awalnya aku tidak mengerti kenapa, hal
tersebut dimulai ketika usia kandunganku 3 bulan sampai bulan ke 5, suster
selalu meminta ku mengulang pengecekan tensi darah sampai tiga kali malah yang
ke empat kali mereka melakukannya dengan cara manual (*di rumah sakit ini
pengecekan tensi darah menggunakan mesin otomatis dimana kita tinggal
memasukkan tangan ke mesinnya dan memencet tombol Start, lalu mesin itu pun
akan menekan denyut nadi kita di sekitar sikut). Di bulan ke 5 itu lah dokter
mengingatkanku tentang berat badan yang idealnya tidak boleh naik lebih dari 2
kg. Sejak saat itu aku mengontrol pola makanku; porsi makan yang sedikit dan
mengurangi cemilan. Ternyata cek berikutnya di bulan ke 6, tensi darahku normal
sehingga suster tidak menyuruhku mengulangi seperti sebelum-sebelumnya. Dari situ
aku mengerti, selain karena aku baru saja mengikuti kelas bahasa Korea, ternyata
sebelumnya tensi darah ku selalu tinggi sekitar 135/80, namun si suster menenangkanku
sambil bilang “조금높아요, 괜찮아요”
“sedikit tinggi, tapi tidak apa-apa”.
Meski
tensi darahku pada prenatal checkup ke 6 kembali normal, namun tes GTT atau
Glucose Tolerance Test alias tes diabetes masih membuatku was-was. Tes ini pula
yang membuatku makin sadar, pola hidup dan makanku kurang baik dan sehat karena
hasilnya kurang menggembirakan. Dokter memintaku untuk mengulang tes tersebut
bulan depannya pada cek up ke 7. Tes diabetes yang kedua ini sungguh menyiksa,
karena aku harus puasa dari jam 12 malam sampai keesokan harinya sekitar jam 2.
Tesnya dimulai jam 10 dimana pertama-tama darahku diambil lalu aku disuruh
minum cairan yang sangat manis, mungkin itu cairan yang bisa melihat kinerja
insulin kita apakah ia bekerja dengan baik dalam menetralkan gula yang
dikonsumsi oleh tubuh atau tidak. Setelah itu, tiap satu jam berikutnya aku
diminta kembali untuk diambil darah, hal tersebut berlangsung sampai tiga jam
kedepan, jadi total diambil darah empat kali dan selama proses menunggu diambil
darah itu pula aku masih ahrus puasa. Laparnyaaaa nggak nahan. Alhamdulillah,
dua hari setelah itu hasilnya keluar dan menyatakan tes diabetesku normal. Terima
kasih ya Alloh…
Prenatal
checkup ke 7 itu ternyata tensi darahku kembali naik kali ini aku sadar karena
berat badanku naik 3 kg lagi. Masya Alloh…ternyata aku kembali pada pola
makanku yang kurang terkontrol, banyak ngemil, porsi makan besar, meski serat
aku dapatkan banyak dari buah dan sayur namun kebiasaan menaburkan garam dan
gulan yang banyak pada makanan itulah mungkin pemicunya.
Prenatal
terakhir yang baru aku lakukan adalah satu minggu yang lalu ketika usia
kehamilanku tepat 8 bulan. Meski kali ini berat badaku hanya naik 2 kg, tensi
darahku masih tinggi, malah ketika baru sampai di rumah sakit dan aku langsung
mengecek tensiku ternyata hasilnya lumayan mengerikan sampai 150/100 an. Tapi
suamiku menenangkan kalau tensi tinggi ku itu dikarenakan kami berjalan kaki
dari rumah menuju rumah sakit sekitar 20 menitan. Aku tidak langsung menulis tensi darahku ke
nota kecil yang selalu kami (para bumil yang cek) isi sebelum kami bertemu
dengan dokter, karena aku tahu aku pasti disuruh mengecek ulang. Lalu setelah
beberapa menit aku cek kembali hasilnya 138/70 an. Hmm masih lumayan tinggi
sih, sekarang aku mengerti karena minggu-minggu sebelumnya aku mulai sadar
tentang bahaya darah tinggi pada ibu hamil dapat berakibat kepada preeclamsia
atau bahasa awamnya kelainan/komplikasi kehamilan dan persalinan. Na’udzubillahimindzaliikk…
Namun
entah kenapa suster memintaku mengcek kembali kali ini dengan cara manual, dan
hasilnya malah naik sedikit 140/90, mungkin karena aku yang makin cemas dan
was-was. Setelah itu namaku dipanggil untuk pemeriksaan oleh dokter, dan saat
itulah untuk pertama kalinya dokter menyatakan kecemasannya tentang tekanan
darah tinggiku. Dia bilang ini tidak berbahaya namun perlu diperhatikan agar
tidak menjadi bahaya caranya yaitu dengan mengontrol pola makanku agar berat
badanku tidak naik berlebihan yang akan berakibat kepada naiknya kembali
tekanan darahku. Ahh kini aku benar-benar tercerahkan, masalah tensi darahku
yang tinggi ini benar-benar berkaitan dengan berat badanku yang naiknya tidak
terkontrol, sedangkan naiknya berat badanku ini sangat erat kaitannya dengan
pola makan dan ngemilku yang masih suka sembarangan dan mengikuti hawa nafsu
perut yang keroncongan. Selain itu dokter juga menyarankanku untuk berjalan kaki selama 30 menit sehari. Tapi terlepas dari semua berita yang kurang
menggembirakan itu, aku sungguh bersyukur pada Alloh bahwa bayiku baik-baik
saja, sehat wal’afiat dan normal. Sampai sekarang gerakannya makin lincah dan
aktif, sampai-sampai bentuk perutku tidak hanya bulat tapi bisa berbentuk unik
sesuai dengan kegiatan si kecil di dalam yang kadang menendang, meninju,
mengulet dll. Subhanalloh… sunggu indah dan tak bisa dibayar dengan harta atau
emas berlian perhiasan mana pun yang menyilaukan mata wanita. Terima kasih atas
anugerah terindah ini ya Alloh…Kau ijinkan aku merasakan menjadi wanita
seutuhnya.
Kini
aku benar-benar memperhatikan apa-apa yang masuk ke perutku. Aku sampai
browsing di internet tentang makanan penurun hipertensi, diantaranya adalah
pisang, apel, jeruk, bawang putih, kol, tomat, rumput laut, kacang-kacangan
terutama kacang almond, air putih dan semua sayuran serta buah yang berserat
tinggi. Kini porsi makanku kembali sedikit, dengan frekuensi lebih banyak dan
mengurangi garam terutama ciki karena mengandung garam tinggi dan msg.
Semoga
prenatal checkup berikutnya, yaitu minggu depan, tensi darahku kembali normal,
berat badanku naiknya normal, aku sehat, bayiku normal dan sehat serta smuanya
sesuai dengan yang diharapkan, lancar. Allohumma yassir wa laa tu’assir. Aamiin ya robba’alamiin.
0 komentar:
Post a Comment