Aku sempat merasa tidak suka dilarang mengupload fotoku berpose sendiri di jejaring sosial di internet oleh suamiku. Aku niatnya kan hanya ingin berbagi kabar kepada kerabat, sahabat di tanah air bagaimana keadaanku. Lagian semenjak menikah aku jadi berpikir dua kali jika ingin berdan-dan cantik. Aku bertanya pada diriku sendiri buat siapa wajah cantik yang berpoles make-up ini? Untuk suamiku kan? Untuk yang satu-satunya berhak melihatku tampil menggoda adalah dia, suamiku. Lalu kembali ke perkara foto tadi, sebagai seorang istri tugasku hanyalah mentaati suamiku, karena ia adalah pemimpinku, yang bertanggung jawab akan semua hal yang aku lakukan, bicarakan, dengarkan dan putuskan. Akhirnya sejak saat itu aku putuskan tidak akan lagi memposting fotoku yang tampil sendiri.
Hari-hari berikutnya aku lihat teman wanitaku yang sudah menikah memasang foto manis nan cantik berpoles make-up nya di jejaring sosial itu. Hebat! Yang memberi komentar "cantik" atau memuji bukan hanya teman wanitanya tapi juga para pria yang entah ada hubungan kekerabatan denganny (baca: muhrim) ataukah memang orang lain yang iseng mengecek newsfeed dan gatal ingin mengutarakan kekaguman pada istri orang tersebut.
Aku juga ingat suatu ketika aku hendak menghubungi teman wanitaku yang lain di jejaring itu, tapi ternyata akunnya tidak aktif. Kebetulan ada fasilitas chatting YM yang dia juga aktif disana. Aku tanya perihal kenonaktifannya itu, ia jawab bahwa ia untuk sementara tidak aktif di dunia maya karena banyak hal yang mengganggu hubungannya dengan sang suami, ia tambahkan kalau ia kasihan melihat suaminya. Kasihan karena cemburu barangkali. Tapi sekarang entah kenapa ia mengaktifkan lagi akunnya. Memasang lagi foto-foto manisnya. Yang terakhir aku liat tidak sengaja, ia memasang foto dengan tampilan seluruh lekuk-lekuk tubuhnya yang bahasa sundanya bahenol (sintal), sampai (maaf) dadanya sangat jelas terekspos. Anehnya sang suami memuji fotonya itu dengan mengatakan "cantik". Hmmm suami macam apa ya yang membiarkan badan indah sang istri menjadi konsumsi publik yang mungkin saja dilihat oleh para lelaki bukan muhrim dan akan tergoda dengan pose tersebut. Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda kebanyakan wanita penghuni neraka itu karena ia berpakaian tapi telanjang. Berpakaian tapi dapat mengundang syahwat lelaki yang bukan hak nya. Na'udzubillahimindzalik...
Kini aku mengerti kenapa suamiku melarangku memasang fotoku yang nampang sendiri di depan publik, karena hal tersebut akan mengundang fitnah; pujian-pujian gombal dari laki-laki non muhrim, malah lebih hina lagi mengundang syahwat mereka yang bukan haknya.
Wallahu'allam bishawwab.
0 komentar:
Post a Comment