Aku jadi tergugah untuk berpendapat juga ah, pendapatku masih sama seperti aku pertama kali mendengar seorang ustad membacakan hadist Rasulullah SAW tentang hukum mengucapkan atau memberi selamat kepada perayaan agama lain:
"Jika seseorang menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk kedalam golongan mereka." Al-hadist.
Secara logika hadist tersebut berarti mengisyaratkan jika kita mengucapkan selamat natal kepada kaum Nasrani seperti yang mereka lakukan kepada sesamanya (seagama Nasrani), lalu kita umat Muslim ikut mengucapkannya, itu sama dengan MENYERUPAI kaum Nasrani kan???
Masa kita rela disamakan dengan mereka yang mempercayai kalau tuhan itu ada tiga, sedang kita bersyahadat bersaksi Laa ilaa haillallah tiada tuhan selain Allah SWT. "Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan Allah adalah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah." Al-Maidah: 73.
Terus kalau waktunya hari perayaan Tahun Baru Imlek Cina, lalu kita umat Islam mengucapkan Gong Xi Fat Cay kepada kaum Tionghoa penganut Kong Hu Chu, berarti kita meyakini bahwa Konfusius nama lain dari Kong Hu Chu adalah seorang nabi. Selain itu dengan tidak langsung menyiratkan kalau kita juga meyakini kebenaran kitab Sishu Wujing.
Lalu bagaimana jika kita mendapatkan ucapan selamat Idul Fitri dari teman kita yang diluar agama Islam? Oh itu bukan urusan kita, karena mungkin tidak ada larangan di agama mereka untuk memberi selamat kepada perayaan agama kita. Yang kita dapat respon dari ucapan selamat mereka mungkin hanya terima kasih sekedar ucapan menghargai perhatian mereka. Lain lagi dengan ucapan salam Assalamu'alaikum dari mereka kepada kita orang Islam. Mengacu pada sabda Nabi Muhammad SAW, wa'alaik adalah jawaban dari kita kepada ucapan salam non muslim.
Begitu indahnya Islam mengatur semua aspek kehidupan kita, jika kita mau menerimanya dengan akal sehat, hati yang bersih dari dzan atau prasangka buruk akan hukum Allah SWT.
"Tidak ada paksaan dalam beragama." Q.S. Al-Baqarah: 256 dengan jelas Allah SWT mempersilahkan manusia dengan sebebas-bebasnya untuk memeluk agama menurut yang ia yakini kebenarannya. Namun setelah kita masuk ke dalam Islam, semua hukum Allah beserta RasulNya berlaku bagi kita, tidak ada penawaran lagi. "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." Q.S.Al-Ahzab: 36.
Nabi SAW juga menitipkan pesan bagi kita pengikutnya, bahwa dengan memegang teguh Quran dan Sunnah kita akan selamat dunia akhirat.
Jadi, apakah mengucapkan selamat kepada perayaan agama lain diluar Islam merupakan toleransi atau malah menyerupai agama tersebut yang secara otomatis kita dianggap sebagai golongan mereka?
Menurut hemat penulis yang ilmunya tidak setitik embun di dedaunan pun, lebih baik kita kembali lagi kepada panduan kita yang menyebutkan lakum dinukum waliyadin ~ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Q.S. Al-Kafirun: 6.
Itulah toleransi yang sesungghunya, tidak ada paksaan dalam beragama. Menurutku sebagai seorang muslim yang sedang berupaya meraih Ridho Allah Ta'ala, menghargai kebebasan beragama adalah dengan membiarkan orang lain menjalankan agama serta ajaran-ajaran keagamannya dengan tidak menjual keimanan kita dengan harga yang sangat rendah yaitu dengan mengucapkan selamat kepada perayaan-perayaan agama mereka tersebut.
Walluhu'alam bishawwab.
0 komentar:
Post a Comment