Albid'atu dlolaalatun, addlolaalatun finnaarr.
Setiap perkara yang diada-adakan (ditambah-tambahi dalam ibadah) itu dosa, setiap perbuatan dosa (balasannya) neraka. Alhadist
Na'udzubillahimindzalik, semoga kita senantiasa diberi petunjuk oleh Allah SWT untuk bisa melihat dengan MataNya, mendengar dengan TelingaNya dan merasa dengan HatiNya.
Banyak perbuatan yang sepertinya ibadah ternyata merupakan perbuatan yang hanya diada-adakan atau ditambah-tambahi oleh kita. Dari mana kita menemukan perbuatan tersebut? Dari nenek moyang, sudah tradisi. Masa kita tidak mengadakan tahlilan untuk saudara kita yang meninggal? Dari mana asal tahlilan yang kita tiru? Ternyata hanya tradisi turun temurun dari nenek moyang, karena Rasulullah SAW, teladan kita satu-satunya, tidak mencontohkan hal yang demikian. Sebenarnya masih banyak contoh perbuatan bid'ah yang lain, seperti membaca surat Yasin tiap malam Jum'at (sekali lagi Rasul tidak pernah mencontohkan apalagi menyunahkan), merayakan kehamilan per periodik misalnya 40 bulanan, dll.
Menjauhi perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Rasul saja sangat penting kita camkan dalam diri kita apalagi dalam hal menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah secara jelas, yaitu menjauhi zina.
Zina di jaman ini sangatlah mengerikan. Sudah tak terhitung bayi terlahir tanpa identitas orangtua yang jelas, atau sekalinya orangtua bayi tersebut bisa diidentifikasi ternyata masih usia sekolah SMA atau malah yang lebih mengenaskan melahirkan di luar nikah terjadi pada anak SMP. Saya sempat menyaksikan hal yang sangat sangat menyedihkan ini dengan mata kepala sendiri. Yang membuat hati ini nelangsa ialah anak sekecil itu berada pada masa transisi, baru akan mengenal mana yang baik dan buruk, benar dan salah, belum ajeg dalam pendirian, belum bisa menentukan dengan siapa bergaul, masih sangat kekanakan, karena transisi dari masa kanak-kanak di SD yang senang bermain. Saya melihat anak SMP yang mengalaminya nampak acuh tak acuh, cuek bebek dengan bayinya yang baru lahir yang akhirnya terpaksa harus dirawat oleh sang tante. Ketika sang bayi menangis, ia dengan wajah innocent malah pergi ke tukang baso tahu, membelinya, dan makan dengan lahap sangat menikmati tanpa memikirkan bayinya yang juga kelaparan ingin segera menyusui. Mengerikan anak-anak yang lahir dari para ibu belum matang ini kan? Akan seperti apa negara kita jika para pemuda pemudi dididik oleh mereka? Atau malah mungkin mereka tidak tahu apa arti mendidik? Astaghfirullohaladzim.
Maha benar Allah dengan segala FirmanNya yang menyebutkan di dalam Quran surat Al-Isra ayat 32:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
Mendekatinya saja sudah dilarang keras, apalagi sampai melakukannya. Hanya taubatan nashuha atau taubat yang sungguh-sungguh dan maghfiroh Allah saja yang bisa mengampuni dosa zina. Kenapa mendekatinya dilarang? Karena zina (baca: melakukan hubungan intim suami istri) tidak akan langsung terakumulasi kecuali diawali dengan jalan berdua-duaan, makan dan main berduaan di tempat sepi, berfoto bedua-duaan, berpegangan tangan, sekedar cium kening dan pipi, merangkul pinggang, dan seterusnya yang jauh lebih mendekati puncaknya zina. Jangan sangka anak SMP apalagi SMA yang melakukan pacaran seperti itu adalah anak-anak polos seperti jaman orang tua kita mengenal pasangannya, sekedar berkirim surat, menitipkan salam, saling sekedar curi-curi pandang di keramaian, tak berani mereka menunjukkan kasih sayang yang menyimpang yang ditandai dengan saling berpelukan, bergandengan tangan erat, apalagi mencium pipi sang kekasih. Bandingkan dengan ABG-ABG jaman sekarang, mereka berani mendekati zina di depan umum, di depan kedua orang tua mereka,malah di tempat-tempat sakral seperti masjid. Ampunilah dosa-dosa kami ya Al-Afuw...
Yang saya ceritakan di atas ternyata berlaku bagi siapa dan dari kalangan mana saja, muda-mudi yang datang dari keluarga terpelajar apalagi tidak terpelajar, miskin atau kaya, populer atau tidak dikenal sama sekali, pejabat atau rakyat biasa, dst. Yang lebih membuat saya mengelus dada, bahkan dari kalangan agamis pun jeratan zina tidak akan pernah bisa lepas jika pengawasan orang tua sangatlah longgar dan permisif kepada putra putrinya yang menjalankan praktek pacaran masa kini yang mendekati zina. Putra putri dari orangtua agamis ini masih usia sekolah, berpacaran dengan alasan ta'aruf (padahal nikahnya masih sangaaaattt lama), mengenal lawan jenis, hanya teman dekat (atau teman tapi mesra) diawali dengan hanya sekedar sms an, lalu janjian bertemu, awalnya jalan-jalan bareng teman yang lain, lalu mulai berani jalan hanya berdua, berani naik motor bersama, makan di luar bersama, lalu mulai berani sekedar berpegangan tangan, cium pipi.. nggak sanggup ah ngelanjutinnya. Pantas saja dulu saya pernah ditanya sama seorang lelaki tentang apakah saya pernah berpacaran? Pacaran yang dimaksud ya seperti diatas tadi, berjilbab, mengaku lulusan sekolah agama, tapi kelakuan mengenal lawan jenisnya sama dengan yang tidak mengenal agama. Saya sempat jadi korban generalisasi dari perilaku menyimpang para muda mudi apalagi yang berjilbab dan dari kalangan agamis yang melakukan praktek (maaf jika sangat kasar) mendekati zina.
Ketika saya perhatikan di jalan, di transportasi umum, di tempat umum, di kampus, ternyata benar berseliweran wanita berjilbab. Namun sangat disayangkan, beberapa dari mereka berpelukan dengan lawan jenis di depan umum, memakai baju kaos ketat, kerudung yang diikat kebelakang sehingga memperlihatkan dadanya dengan jelas, calana legging atau jeans ketat, bergaul dengan lawan jenis sangat akrab (baca: kebablasan). Pantas saja sekarang laki-laki baik pun harus berhati-hati mencari dan memilih wanita yang berjilbab. Jilbab kini bukan indikator kebaikan akhlak seorang muslimah, jilbab hanyalah mode, lagi ngetrend. Maafkan kami ya Kariim...
Lalu apa hubungannya bid'ah dengan zina?? Yang pasti dua-duanya wajib bin kudu (bahasa sunda artinya harus) kita jauhi. Jangan hanya menjauhi bid'ah saja atau zina saja, karena Islam adalah agama yang kaffah atau sempurna mengatur semua aspek kehidupan ummatnya, oleh karena itu perintahnya harus diamalkan secara menyeluruh begitu pula dengan larangannya harus ditinggalkan semua.
Terkadang kita lebih suka melihat kesalahan orang lain melakukan praktek bid'ah dan menentangnya namun lupa bahwa saudara-saudari, sahabat-sahabat, teman-teman, tetangga atau bahkan kita sendiri sedang asyik masyuk mendekati zina dengan alasan mengenal lawan jenis, atau sekedar pacaran "anak-anak".
Mari jauhi praktek bid'ah dan zina yang mendekati pada api neraka.
Wallohu'allam bishawwab.
0 komentar:
Post a Comment