Martabak Tutung Tapi Maknyos lah

0 komentar
Pulang kursus langsung kepikiran martabak, sebenarnya sih adonannya sudah siap, ada disimpan di kulkas. Sebelum kursus aku coba memasak adonan tersebut di pan yang ukurannya lumayan guede. Alhasil, bentuknya malah mirip pancake ketimbang martabak, heuheu. Ya sutralah, aku coba lagi tapi kali ini menggunakan panci yang lumayan kecil, alasannya agar ketebalann martabaknya bisa sesuai seperti yang dibikin si emang martabak dan agar ujung-ujungnya lebih tinggi dari tengahnya dan garing (hope you got what I meant :). Alhamdulillah jadi juga loh martabak bikinanku yang sebenarnya ngikutin web Mr. Bubba ini. 정말 감사합니다, 요리사 씨!
Here I share the recipe of making martabak without making it tutung ya...


Resep martabak (tanpa) tutung:

1.masukkan air 200 ml ke panci
2.tambahkan dua sendok makan santen bubuk
3.siapkan ragi satu sendok larutkan ke air hangat yg td di panci
4.panaskan santan yg sudah diberi ragi
5.siapkan terigu 1.5 cup
6.tambahkan telur 1 butir
7.tambahkan gula 4 sendok makan
8.tambahkan soda kue 1 sendok kecil
9.aduk rata,sambil masukkan santan hangat perlahan sampai merata
10.diamkan 15 menit
11.setelah 15 menit,panaskan margarin diatas pan/panci
12.masukkan adonan setinggi kurang lebih satu cm sambil diputar agar ujung2nya lebih tinggi
13.apinya sangat kecil,masukkan irisan pisang jika suka
14.matang jika permukaan sudah tidak basah lagi
15.angkat,oleskan margarin selagi panas ke permukaan martabak
16.taburi meses ceres coklat, parutan keju, kacang sangrai yg sudah ditumbuk,dan susu kental manis putih
17.siap dihidangkan

nb:untuk satu porsi seperti yang ada di gambar



맛있게 드세요 ;)

한국어수업좋아해요

0 komentar
It's been three weeks I join a Korean class with my husband. Seneng banget akhirnya setelah hampir setahun (to be precise this September 11, 2012) aku tinggal di Cheongju menemani suamiku yang sedang tholabul 'ilmi, aku bisa mengerti sedikit demi sedikit bahasa Korea. Sebenarnya aku tidak butuh menjadi novelis Korea yang handal meramu kata menjadi karya sastra, asalkan bisa survive saja bila ditanya ajumma/ajossi sini itu sudah sangaaattt membanggakan bagi ku! Aku ingin bisa menjawab pertanyaan mereka mengapa di musim panas yang panasnya minta ampun ini (jujur di minggu awal Ramadhan, sekitar awal Juli, aku sampai menangis gara-gara kepanasan) koq memakai pakaian yang serba tertutup. Cuma itu, aku ingin bisa menjawab pertanyaan itu, aku ingin bisa menerangkan kalau Islam menjaga kehormatan wanita dengan jilbab dengan tidak mengenal musim. Mungkin suatu saat aku bisa menjawabnya ya, kira-kita jika aku sudah mencapai level 10 kelas Korea, hehe. atau sudah bisa dapat sertifikat TOPIK (Test of Proficiency in Korean) tingkat 4, wis mancaps. aamin ya robbal'alamin.
Untuk sementara ini aku masih ada di level...1. yups baru level satu. Baru belajar nama buah-buahan, sayuran, nama-nama tempat, kata kerja, grammarnya pun baru "Ini buku" "Itu ibu Budi". Tapi sungguh, meski mungkin jika dibandingkan teman-teman setanah air yang sudah tinggal lama disini atau tinggal sebentar namun bicara bahasa Korea nya sudah cas cis cus, aku sangat bahagia dan merasa paling beruntung karena bisa belajar bahasa asing langsung dari native speakernya. Selain itu, aku juga merasa beruntung dibanding teman-teman yang sekolah disini dan kebetulan mendapatkan Prof yang killer, karena guru bahasa Korea ku sungguh baik, penyayang, dan perhatian. Maklum masih muda, cara mengajarnya masih sangat fresh dengan teknik-teknik mengajar bahasa yang khas yang jadi mengingatkan aku ke masa-masa mengajar bahasa Inggris di Lia Bubat satu tahun yang lalu.
Dari pembelajaran bahasa ini, aku akan coba meramu nya menjadi sebuah buku (untuk pribadi khususnya) agar pelajarannya tak lekas hilang dan lupa.
친구 와 선생님