Pola Hidup dan Kehamilanku

0 komentar

Dianugerahi badan langsing bukan berarti sehat loh. Langsing bawaan yang seperti aku alami sungguh banyak membuat iri kebanyakan teman perempuan. Katanya makan dan ngemilku banyak, tapi badan tetap langsing kalau tidak mau dibilang kurus, malah ada yang bilang kurang ideal; kurang 5 kilo gram an lagi. Bukan hanya karena genetika saja badanku kurus, namun jarangnya olah raga juga membuat metabolism badanku kurang bagus. Masih kepala dua badanku sering sakit punggung dan gampang lelah. Porsi makanku memang sedikit, gampang kenyang mungkin karena ruang di perutku yang kecil mungil, ya itu sih baru perkiraan awamku saja. Namun jangan ditanya soal ngemil, aku bisa ngemil apa saja, bergoreng-goreng seperti goreng pisang dkk, bergula-gula seperti kue pukis, noga, ting-ting dkk, bersantan-santan seperti es cendol dkk, berkacang-kacang seperti batagor dkk, dan masih banyak lagi cemilan maknyos lainnya. I’m truly a big fan of cemilan.
Aku juga termasuk orang yang kurang peduli tentang medical checkup. Dulu pernah sekali melakukannya itu pun karena gratis dibayarin perusahaaan tempatku bekerja, Alhamdulillah tidak ada kabar kalau kesehatanku bermasalah. Aku mulai concerned tentang kesehatan semenjak kehamilan pertamaku ini.
Di awal prenatal checkup, aku tidak begitu ngeh tentang tensi darah. Tensi pertamaku ketika hamil adalah sekitar 122/70. Baru belakangan aku baca buku tentang kehamilan, bahwa wanita hamil yang pada awalnya sudah berada di tensi diatas 100/70 rentan terkena darah tinggi atau hipertensi. Tentang berat badan idealnya ketika hamil pun aku baru tahu ketika dokter memperingatkan berat badanku yang naik 3 kg dalam satu bulan yaitu ketika usia kandunganku 5 bulan. Dia menyarankan sebaiknya berat badakku tidak naik lebih dari 2 kg dalam satu bulan.
Tes tekanan darah yang aku lakukan setiap kali prenatal checkup hampir selalu dilakukan beberapa kali sesuai permintaan suster. Awalnya aku tidak mengerti kenapa, hal tersebut dimulai ketika usia kandunganku 3 bulan sampai bulan ke 5, suster selalu meminta ku mengulang pengecekan tensi darah sampai tiga kali malah yang ke empat kali mereka melakukannya dengan cara manual (*di rumah sakit ini pengecekan tensi darah menggunakan mesin otomatis dimana kita tinggal memasukkan tangan ke mesinnya dan memencet tombol Start, lalu mesin itu pun akan menekan denyut nadi kita di sekitar sikut). Di bulan ke 5 itu lah dokter mengingatkanku tentang berat badan yang idealnya tidak boleh naik lebih dari 2 kg. Sejak saat itu aku mengontrol pola makanku; porsi makan yang sedikit dan mengurangi cemilan. Ternyata cek berikutnya di bulan ke 6, tensi darahku normal sehingga suster tidak menyuruhku mengulangi seperti sebelum-sebelumnya. Dari situ aku mengerti, selain karena aku baru saja mengikuti kelas bahasa Korea, ternyata sebelumnya tensi darah ku selalu tinggi sekitar 135/80, namun si suster menenangkanku sambil bilang “조금높아요, 괜찮아요” “sedikit tinggi, tapi tidak apa-apa”.
Meski tensi darahku pada prenatal checkup ke 6 kembali normal, namun tes GTT atau Glucose Tolerance Test alias tes diabetes masih membuatku was-was. Tes ini pula yang membuatku makin sadar, pola hidup dan makanku kurang baik dan sehat karena hasilnya kurang menggembirakan. Dokter memintaku untuk mengulang tes tersebut bulan depannya pada cek up ke 7. Tes diabetes yang kedua ini sungguh menyiksa, karena aku harus puasa dari jam 12 malam sampai keesokan harinya sekitar jam 2. Tesnya dimulai jam 10 dimana pertama-tama darahku diambil lalu aku disuruh minum cairan yang sangat manis, mungkin itu cairan yang bisa melihat kinerja insulin kita apakah ia bekerja dengan baik dalam menetralkan gula yang dikonsumsi oleh tubuh atau tidak. Setelah itu, tiap satu jam berikutnya aku diminta kembali untuk diambil darah, hal tersebut berlangsung sampai tiga jam kedepan, jadi total diambil darah empat kali dan selama proses menunggu diambil darah itu pula aku masih ahrus puasa. Laparnyaaaa nggak nahan. Alhamdulillah, dua hari setelah itu hasilnya keluar dan menyatakan tes diabetesku normal. Terima kasih ya Alloh…
Prenatal checkup ke 7 itu ternyata tensi darahku kembali naik kali ini aku sadar karena berat badanku naik 3 kg lagi. Masya Alloh…ternyata aku kembali pada pola makanku yang kurang terkontrol, banyak ngemil, porsi makan besar, meski serat aku dapatkan banyak dari buah dan sayur namun kebiasaan menaburkan garam dan gulan yang banyak pada makanan itulah mungkin pemicunya.
Prenatal terakhir yang baru aku lakukan adalah satu minggu yang lalu ketika usia kehamilanku tepat 8 bulan. Meski kali ini berat badaku hanya naik 2 kg, tensi darahku masih tinggi, malah ketika baru sampai di rumah sakit dan aku langsung mengecek tensiku ternyata hasilnya lumayan mengerikan sampai 150/100 an. Tapi suamiku menenangkan kalau tensi tinggi ku itu dikarenakan kami berjalan kaki dari rumah menuju rumah sakit sekitar 20 menitan.  Aku tidak langsung menulis tensi darahku ke nota kecil yang selalu kami (para bumil yang cek) isi sebelum kami bertemu dengan dokter, karena aku tahu aku pasti disuruh mengecek ulang. Lalu setelah beberapa menit aku cek kembali hasilnya 138/70 an. Hmm masih lumayan tinggi sih, sekarang aku mengerti karena minggu-minggu sebelumnya aku mulai sadar tentang bahaya darah tinggi pada ibu hamil dapat berakibat kepada preeclamsia atau bahasa awamnya kelainan/komplikasi kehamilan dan persalinan. Na’udzubillahimindzaliikk…
Namun entah kenapa suster memintaku mengcek kembali kali ini dengan cara manual, dan hasilnya malah naik sedikit 140/90, mungkin karena aku yang makin cemas dan was-was. Setelah itu namaku dipanggil untuk pemeriksaan oleh dokter, dan saat itulah untuk pertama kalinya dokter menyatakan kecemasannya tentang tekanan darah tinggiku. Dia bilang ini tidak berbahaya namun perlu diperhatikan agar tidak menjadi bahaya caranya yaitu dengan mengontrol pola makanku agar berat badanku tidak naik berlebihan yang akan berakibat kepada naiknya kembali tekanan darahku. Ahh kini aku benar-benar tercerahkan, masalah tensi darahku yang tinggi ini benar-benar berkaitan dengan berat badanku yang naiknya tidak terkontrol, sedangkan naiknya berat badanku ini sangat erat kaitannya dengan pola makan dan ngemilku yang masih suka sembarangan dan mengikuti hawa nafsu perut yang keroncongan. Selain itu dokter juga menyarankanku untuk berjalan kaki selama 30 menit sehari. Tapi terlepas dari semua berita yang kurang menggembirakan itu, aku sungguh bersyukur pada Alloh bahwa bayiku baik-baik saja, sehat wal’afiat dan normal. Sampai sekarang gerakannya makin lincah dan aktif, sampai-sampai bentuk perutku tidak hanya bulat tapi bisa berbentuk unik sesuai dengan kegiatan si kecil di dalam yang kadang menendang, meninju, mengulet dll. Subhanalloh… sunggu indah dan tak bisa dibayar dengan harta atau emas berlian perhiasan mana pun yang menyilaukan mata wanita. Terima kasih atas anugerah terindah ini ya Alloh…Kau ijinkan aku merasakan menjadi wanita seutuhnya.
Kini aku benar-benar memperhatikan apa-apa yang masuk ke perutku. Aku sampai browsing di internet tentang makanan penurun hipertensi, diantaranya adalah pisang, apel, jeruk, bawang putih, kol, tomat, rumput laut, kacang-kacangan terutama kacang almond, air putih dan semua sayuran serta buah yang berserat tinggi. Kini porsi makanku kembali sedikit, dengan frekuensi lebih banyak dan mengurangi garam terutama ciki karena mengandung garam tinggi dan msg.
Semoga prenatal checkup berikutnya, yaitu minggu depan, tensi darahku kembali normal, berat badanku naiknya normal, aku sehat, bayiku normal dan sehat serta smuanya sesuai dengan yang diharapkan, lancar. Allohumma yassir wa laa tu’assir.  Aamiin ya robba’alamiin.