Pola Hidup dan Kehamilanku

0 komentar

Dianugerahi badan langsing bukan berarti sehat loh. Langsing bawaan yang seperti aku alami sungguh banyak membuat iri kebanyakan teman perempuan. Katanya makan dan ngemilku banyak, tapi badan tetap langsing kalau tidak mau dibilang kurus, malah ada yang bilang kurang ideal; kurang 5 kilo gram an lagi. Bukan hanya karena genetika saja badanku kurus, namun jarangnya olah raga juga membuat metabolism badanku kurang bagus. Masih kepala dua badanku sering sakit punggung dan gampang lelah. Porsi makanku memang sedikit, gampang kenyang mungkin karena ruang di perutku yang kecil mungil, ya itu sih baru perkiraan awamku saja. Namun jangan ditanya soal ngemil, aku bisa ngemil apa saja, bergoreng-goreng seperti goreng pisang dkk, bergula-gula seperti kue pukis, noga, ting-ting dkk, bersantan-santan seperti es cendol dkk, berkacang-kacang seperti batagor dkk, dan masih banyak lagi cemilan maknyos lainnya. I’m truly a big fan of cemilan.
Aku juga termasuk orang yang kurang peduli tentang medical checkup. Dulu pernah sekali melakukannya itu pun karena gratis dibayarin perusahaaan tempatku bekerja, Alhamdulillah tidak ada kabar kalau kesehatanku bermasalah. Aku mulai concerned tentang kesehatan semenjak kehamilan pertamaku ini.
Di awal prenatal checkup, aku tidak begitu ngeh tentang tensi darah. Tensi pertamaku ketika hamil adalah sekitar 122/70. Baru belakangan aku baca buku tentang kehamilan, bahwa wanita hamil yang pada awalnya sudah berada di tensi diatas 100/70 rentan terkena darah tinggi atau hipertensi. Tentang berat badan idealnya ketika hamil pun aku baru tahu ketika dokter memperingatkan berat badanku yang naik 3 kg dalam satu bulan yaitu ketika usia kandunganku 5 bulan. Dia menyarankan sebaiknya berat badakku tidak naik lebih dari 2 kg dalam satu bulan.
Tes tekanan darah yang aku lakukan setiap kali prenatal checkup hampir selalu dilakukan beberapa kali sesuai permintaan suster. Awalnya aku tidak mengerti kenapa, hal tersebut dimulai ketika usia kandunganku 3 bulan sampai bulan ke 5, suster selalu meminta ku mengulang pengecekan tensi darah sampai tiga kali malah yang ke empat kali mereka melakukannya dengan cara manual (*di rumah sakit ini pengecekan tensi darah menggunakan mesin otomatis dimana kita tinggal memasukkan tangan ke mesinnya dan memencet tombol Start, lalu mesin itu pun akan menekan denyut nadi kita di sekitar sikut). Di bulan ke 5 itu lah dokter mengingatkanku tentang berat badan yang idealnya tidak boleh naik lebih dari 2 kg. Sejak saat itu aku mengontrol pola makanku; porsi makan yang sedikit dan mengurangi cemilan. Ternyata cek berikutnya di bulan ke 6, tensi darahku normal sehingga suster tidak menyuruhku mengulangi seperti sebelum-sebelumnya. Dari situ aku mengerti, selain karena aku baru saja mengikuti kelas bahasa Korea, ternyata sebelumnya tensi darah ku selalu tinggi sekitar 135/80, namun si suster menenangkanku sambil bilang “조금높아요, 괜찮아요” “sedikit tinggi, tapi tidak apa-apa”.
Meski tensi darahku pada prenatal checkup ke 6 kembali normal, namun tes GTT atau Glucose Tolerance Test alias tes diabetes masih membuatku was-was. Tes ini pula yang membuatku makin sadar, pola hidup dan makanku kurang baik dan sehat karena hasilnya kurang menggembirakan. Dokter memintaku untuk mengulang tes tersebut bulan depannya pada cek up ke 7. Tes diabetes yang kedua ini sungguh menyiksa, karena aku harus puasa dari jam 12 malam sampai keesokan harinya sekitar jam 2. Tesnya dimulai jam 10 dimana pertama-tama darahku diambil lalu aku disuruh minum cairan yang sangat manis, mungkin itu cairan yang bisa melihat kinerja insulin kita apakah ia bekerja dengan baik dalam menetralkan gula yang dikonsumsi oleh tubuh atau tidak. Setelah itu, tiap satu jam berikutnya aku diminta kembali untuk diambil darah, hal tersebut berlangsung sampai tiga jam kedepan, jadi total diambil darah empat kali dan selama proses menunggu diambil darah itu pula aku masih ahrus puasa. Laparnyaaaa nggak nahan. Alhamdulillah, dua hari setelah itu hasilnya keluar dan menyatakan tes diabetesku normal. Terima kasih ya Alloh…
Prenatal checkup ke 7 itu ternyata tensi darahku kembali naik kali ini aku sadar karena berat badanku naik 3 kg lagi. Masya Alloh…ternyata aku kembali pada pola makanku yang kurang terkontrol, banyak ngemil, porsi makan besar, meski serat aku dapatkan banyak dari buah dan sayur namun kebiasaan menaburkan garam dan gulan yang banyak pada makanan itulah mungkin pemicunya.
Prenatal terakhir yang baru aku lakukan adalah satu minggu yang lalu ketika usia kehamilanku tepat 8 bulan. Meski kali ini berat badaku hanya naik 2 kg, tensi darahku masih tinggi, malah ketika baru sampai di rumah sakit dan aku langsung mengecek tensiku ternyata hasilnya lumayan mengerikan sampai 150/100 an. Tapi suamiku menenangkan kalau tensi tinggi ku itu dikarenakan kami berjalan kaki dari rumah menuju rumah sakit sekitar 20 menitan.  Aku tidak langsung menulis tensi darahku ke nota kecil yang selalu kami (para bumil yang cek) isi sebelum kami bertemu dengan dokter, karena aku tahu aku pasti disuruh mengecek ulang. Lalu setelah beberapa menit aku cek kembali hasilnya 138/70 an. Hmm masih lumayan tinggi sih, sekarang aku mengerti karena minggu-minggu sebelumnya aku mulai sadar tentang bahaya darah tinggi pada ibu hamil dapat berakibat kepada preeclamsia atau bahasa awamnya kelainan/komplikasi kehamilan dan persalinan. Na’udzubillahimindzaliikk…
Namun entah kenapa suster memintaku mengcek kembali kali ini dengan cara manual, dan hasilnya malah naik sedikit 140/90, mungkin karena aku yang makin cemas dan was-was. Setelah itu namaku dipanggil untuk pemeriksaan oleh dokter, dan saat itulah untuk pertama kalinya dokter menyatakan kecemasannya tentang tekanan darah tinggiku. Dia bilang ini tidak berbahaya namun perlu diperhatikan agar tidak menjadi bahaya caranya yaitu dengan mengontrol pola makanku agar berat badanku tidak naik berlebihan yang akan berakibat kepada naiknya kembali tekanan darahku. Ahh kini aku benar-benar tercerahkan, masalah tensi darahku yang tinggi ini benar-benar berkaitan dengan berat badanku yang naiknya tidak terkontrol, sedangkan naiknya berat badanku ini sangat erat kaitannya dengan pola makan dan ngemilku yang masih suka sembarangan dan mengikuti hawa nafsu perut yang keroncongan. Selain itu dokter juga menyarankanku untuk berjalan kaki selama 30 menit sehari. Tapi terlepas dari semua berita yang kurang menggembirakan itu, aku sungguh bersyukur pada Alloh bahwa bayiku baik-baik saja, sehat wal’afiat dan normal. Sampai sekarang gerakannya makin lincah dan aktif, sampai-sampai bentuk perutku tidak hanya bulat tapi bisa berbentuk unik sesuai dengan kegiatan si kecil di dalam yang kadang menendang, meninju, mengulet dll. Subhanalloh… sunggu indah dan tak bisa dibayar dengan harta atau emas berlian perhiasan mana pun yang menyilaukan mata wanita. Terima kasih atas anugerah terindah ini ya Alloh…Kau ijinkan aku merasakan menjadi wanita seutuhnya.
Kini aku benar-benar memperhatikan apa-apa yang masuk ke perutku. Aku sampai browsing di internet tentang makanan penurun hipertensi, diantaranya adalah pisang, apel, jeruk, bawang putih, kol, tomat, rumput laut, kacang-kacangan terutama kacang almond, air putih dan semua sayuran serta buah yang berserat tinggi. Kini porsi makanku kembali sedikit, dengan frekuensi lebih banyak dan mengurangi garam terutama ciki karena mengandung garam tinggi dan msg.
Semoga prenatal checkup berikutnya, yaitu minggu depan, tensi darahku kembali normal, berat badanku naiknya normal, aku sehat, bayiku normal dan sehat serta smuanya sesuai dengan yang diharapkan, lancar. Allohumma yassir wa laa tu’assir.  Aamiin ya robba’alamiin.  

Memandangnya Untuk Pertama Kali

0 komentar
Rabu, 17 Oktober 2012
Hari kemarin tepat si utun berusia 29 minggu atau tepatnya 7 bulan lebih satu minggu. Makin terasa ia bersemayam di rahim ini. Gerakannya makin hari makin lincah, aku terus berdo'a supaya gerakannya terus hadir sampai nanti ia dilahirkan ke muka bumi ini. Gerakannya ini mulai kurasakan ketika ia menginjak usia sekitar 18 minggu. Saat itu musim panas yang sangat menyengat tubuh, kasihan tubuhku tiap malam terjaga karena panasnya benar-benar mencekik seluruh pembuluh darah, tapi yang penting si utun tetap sehat. Alhamdulillah tiap jadwal periksa, setiap selesai mengecek, dokter menyapaikan kabar baik kalau kondisi utun sehat dan sesuai perkembangan normalnya.
Tak jemu memandangmu ^^
Sabtu, 22 September 2012 merupakan jadwal ke-enam prenatal check up. Alhamdulillah wajahnya sudah bisa diterawang teknologi 4 dimensi. Pada jadwal periksa hari itu juga aku diminta mengikuti tes diabetes atau GTT (Glucose Tolerance Test) dimana pada malam hari sebelum dites, aku dianjurkan untuk tidak makan. Sesampainya di rumah sakit, aku cek ke dokter seperti biasa, setelah selesai dites si suster akan mengingatkan tentang Tes Toleransi Glukosa itu. Lalu salah satu petugas administrasi memintaku meminum satu botol berisi cairan berwarna oranye yang diminum sekaligus dan rasanya sangat manis. Setelah itu aku diminta menunggu kurang lebih selama satu jam dan masih harus berpuasa. Setelah satu jam beralalu, aku lalu memasuki ruangan lab untuk diambil sample darah dan setelah itu selesai.
Di rumah sakit wanita 모태안, setiap jadwal periksa dokter pasti akan memeriksa kondisi janin dengan USG (Ultrasonografi). Mungkin memang sudah pakemnya. Tapi insyaalloh aman buat janin, ya karena anak-anak sini yang selama masa dikandungan diperiksa di rumah sakit ini insyaalloh sehat wal'afiat. 
Kalau diingat-ingat, berikut jadwal prenatal check-up yang menjadi standar di rumah sakit bersalin pada umumya di Korea:
- Check-up pertama (usia utun 7 minggu): Setelah dicek menggunakan test pack, aku mendaftarkan diri ke rumah sakit 모태안. Suster akan mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya riwayat kesehatan apa merokok atau tidak dan lainnya. Setelah itu, aku mengajukan diri untuk mengikuti askes yang selama ini suamiku rutin membayarnya. Askes ini diberikan dalam bentuk kartu ATM yang berisi nominal 500 ribu won dan hanya berlaku untuk biaya selama check-up. Lalu aku diberi buku jadwal pengecekan seperti notebook yang didalamnya memuat rekam jejak pemeriksaan selama kehamilan disertai CD berisi video USG. Setelah itu aku mengecek tekanan darah (oleh mesin otomatis) dan berat badan yang hasilnya dicatat di selembar kertas yang telah disediakan yang lalu diserahkan kepada salah satu petugas admin. Setelah itu barulah mengantri untuk diperiksa oleh dokter. Check-up pertama ini ternyata bentuknya trans vaginal atau cek melalui vagina dengan menggunakan sejenis tongkat khusus yang dapat mendeteksi apakah ada janin yang tumbuh dalam rahim ibu. Rasanya tidak sakit. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku melihat detak jantung janin yang sebesar telur ayam itu berdegup kencang melalui speaker dan monitor USG. Masya Alloh..
- Check-up kedua (usia utun 9 minggu): Seperti biasa aku menyerahkan buku jadwal periksa kepada salah satu admin, mengecek tekanan darah dan berat badan. Lalu diperiksa dokter menggunakan USG. Kali ini janin sudah tidak berbentuk bulat saja, tapi seperti sudah tumbuh tangan kecilnya, sangat kecil.
- Check-up ketiga (usia utun 12 minggu): sama seperti check-up kedua hanya pada cek kali ini ada pengambilan darah untuk mengecek kondisi janin.
- Check-up keempat (usia utun 16 minggu): cek seperti sebelumnya, diambil darah, dan melakukan beberapa konsultasi kesehatanku ke dokter tentang vaginal discharge.
- Check-up kelima (usia utun 21 minggu): cek seperti sebelumnya, hanya saja pada cek kali ini sepertinya aku overweight karena dalam sebulan sebelumnya berat badanku naik 3 kg, sedangkan dokter mengatakan sebaiknya dalam satu bulan tidak naik lebih dari 2 kg. Dari mulai saat itu aku berniat diet. hehe. Oh ya di tes kelima ini dokter menuliskan resep vitamin tambahan yaitu zat besi (iron) yang akan diminum selama dua bulan kedepan.
- Check-up keenam (usia utun 25 minggu): cek seperti biasa ditambah Tes Toleransi Glukosa atau GTT untuk mengetahui apakah si ibu berpotensi mengidap diabetes selama kehamilannya. Dan tes keenam ini sangat berkesan karena aku bisa memandangnya untuk pertama kali. She's such a babe and I just can't stop staring at her photo. Terima kasih ya Alloh atas anugerah yang terindah ini...

Begitulah sekitas rekam jejak kehamilanku sampai check-up yang terakhir yaitu check-up keenam. Insyaalloh cek berikutnya adalah Sabtu ini 20 Oktober 2012. May Alloh always give me and my baby healthiness, free from any complications and diseases since this last trimester up to the happiest moment of giving birth. Aamiin.

Martabak Tutung Tapi Maknyos lah

0 komentar
Pulang kursus langsung kepikiran martabak, sebenarnya sih adonannya sudah siap, ada disimpan di kulkas. Sebelum kursus aku coba memasak adonan tersebut di pan yang ukurannya lumayan guede. Alhasil, bentuknya malah mirip pancake ketimbang martabak, heuheu. Ya sutralah, aku coba lagi tapi kali ini menggunakan panci yang lumayan kecil, alasannya agar ketebalann martabaknya bisa sesuai seperti yang dibikin si emang martabak dan agar ujung-ujungnya lebih tinggi dari tengahnya dan garing (hope you got what I meant :). Alhamdulillah jadi juga loh martabak bikinanku yang sebenarnya ngikutin web Mr. Bubba ini. 정말 감사합니다, 요리사 씨!
Here I share the recipe of making martabak without making it tutung ya...


Resep martabak (tanpa) tutung:

1.masukkan air 200 ml ke panci
2.tambahkan dua sendok makan santen bubuk
3.siapkan ragi satu sendok larutkan ke air hangat yg td di panci
4.panaskan santan yg sudah diberi ragi
5.siapkan terigu 1.5 cup
6.tambahkan telur 1 butir
7.tambahkan gula 4 sendok makan
8.tambahkan soda kue 1 sendok kecil
9.aduk rata,sambil masukkan santan hangat perlahan sampai merata
10.diamkan 15 menit
11.setelah 15 menit,panaskan margarin diatas pan/panci
12.masukkan adonan setinggi kurang lebih satu cm sambil diputar agar ujung2nya lebih tinggi
13.apinya sangat kecil,masukkan irisan pisang jika suka
14.matang jika permukaan sudah tidak basah lagi
15.angkat,oleskan margarin selagi panas ke permukaan martabak
16.taburi meses ceres coklat, parutan keju, kacang sangrai yg sudah ditumbuk,dan susu kental manis putih
17.siap dihidangkan

nb:untuk satu porsi seperti yang ada di gambar



맛있게 드세요 ;)

한국어수업좋아해요

0 komentar
It's been three weeks I join a Korean class with my husband. Seneng banget akhirnya setelah hampir setahun (to be precise this September 11, 2012) aku tinggal di Cheongju menemani suamiku yang sedang tholabul 'ilmi, aku bisa mengerti sedikit demi sedikit bahasa Korea. Sebenarnya aku tidak butuh menjadi novelis Korea yang handal meramu kata menjadi karya sastra, asalkan bisa survive saja bila ditanya ajumma/ajossi sini itu sudah sangaaattt membanggakan bagi ku! Aku ingin bisa menjawab pertanyaan mereka mengapa di musim panas yang panasnya minta ampun ini (jujur di minggu awal Ramadhan, sekitar awal Juli, aku sampai menangis gara-gara kepanasan) koq memakai pakaian yang serba tertutup. Cuma itu, aku ingin bisa menjawab pertanyaan itu, aku ingin bisa menerangkan kalau Islam menjaga kehormatan wanita dengan jilbab dengan tidak mengenal musim. Mungkin suatu saat aku bisa menjawabnya ya, kira-kita jika aku sudah mencapai level 10 kelas Korea, hehe. atau sudah bisa dapat sertifikat TOPIK (Test of Proficiency in Korean) tingkat 4, wis mancaps. aamin ya robbal'alamin.
Untuk sementara ini aku masih ada di level...1. yups baru level satu. Baru belajar nama buah-buahan, sayuran, nama-nama tempat, kata kerja, grammarnya pun baru "Ini buku" "Itu ibu Budi". Tapi sungguh, meski mungkin jika dibandingkan teman-teman setanah air yang sudah tinggal lama disini atau tinggal sebentar namun bicara bahasa Korea nya sudah cas cis cus, aku sangat bahagia dan merasa paling beruntung karena bisa belajar bahasa asing langsung dari native speakernya. Selain itu, aku juga merasa beruntung dibanding teman-teman yang sekolah disini dan kebetulan mendapatkan Prof yang killer, karena guru bahasa Korea ku sungguh baik, penyayang, dan perhatian. Maklum masih muda, cara mengajarnya masih sangat fresh dengan teknik-teknik mengajar bahasa yang khas yang jadi mengingatkan aku ke masa-masa mengajar bahasa Inggris di Lia Bubat satu tahun yang lalu.
Dari pembelajaran bahasa ini, aku akan coba meramu nya menjadi sebuah buku (untuk pribadi khususnya) agar pelajarannya tak lekas hilang dan lupa.
친구 와 선생님

Trimester Pertama Yang Memesona

0 komentar
Waktu itu hari Ahad, 6 Mei 2012 setelah bangun dari tidur, aku meraih test pack pemberian tetanggaku plus sahabatku di Cheongju ini yang sangat baik, Adinda. Dari artikel yang aku baca, lebih akurat jika memeriksakan air seni dengan test pack itu tepat setelah bangun tidur alias air seni pertama kita di hari itu. Katanya konsentrasinya dan kandungan HCG-nya masih sangat tinggi. Jadilah aku nurut sama anjuran itu, padahal aku sudah memegang test packnya dari siang hari sebelumnya. Tapi ketepatan hasil lebih aku pilih. 
Aku begitu bahagia tak terkira ketika melihat hasil test pack menunjukkan dua strip warna pink langsung loh tanpa menunggu hingga beberapa menit, mungkin cuma sepersekian detik. Dzikir tak berhenti mengalir dari mulutku, aku langsung ambil air wudlu lalu sujud syukur dan solat subuh.
Yang pertama kali mengetahui kabar gembira ini ternyata bukan suamiku, karena dia masih berada di Turki, waktu itu ia berangkat 29 Juni 2012 dan sampai kembali ke rumah kami tercinta keesokan harinya yaitu tanggal 7 Mei 2012. Jadi yang pertama aku kabari adalah Adinda, karena dia juga sudah tidak sabar menunggu hasilnya, lalu aku kabari orang rumah di Bandung, eh mereka juga sedang tidak online, ada jadwal pengajian tiap Ahad di kompleks kami. 
Sahabatku, Adinda, sebelumnya menyarankanku untuk mengabarkan kabar sangat baik ini kepada suamiku dengan cara unik yang mengejutkannya alias surprising. Aku langsung memutar otak, lalu jatuhlah pilihanku pada amplop CBNU alias amplop resmi dari kampus suamiku. Aku akan berpura-pura kalau ada surat di amplop itu dari kampus dan tertulis confidential atau rahasia yang hanya boleh dibuka oleh suamiku saja. Siang itu ia masih bisa online, dan ku kabari perihal amplop itu, iya meyakini isi amplop itu tentang hasil ujiannya yang agak mengecewakan, hihihi aku hanya bisa cekikikan merasa berhasil mengawali surprising news tentang kehamilan anak pertama kami.
Lalu tibalah keesokan hari saat ia pulang, aku menyambutnya dengan senyum terhangatku, tapi apa daya pikirannya kini hanya tertuju pada amplop yang aku kabari kemarin siang. Ia meraih amplop yang aku sengaja simpan di atas laptop, ia membukanya lalu melihat selebar kertas bertuliskan bahasa Korea (sebenernya itu instruksi penggunaan test pack, hehe), ia mengernyitkan keningnya, "apaan ini?" lalu ia mengeluarkan si test pack nya, aku cuma mesam mesem, berharap ia juga sebahagia aku mengetahui pertama kali hasil test pack nya positif. "oh test pack" cuma itu tanggapannya lalu ia meletakkan kembali amplop beserta test pack nya. Hiks. Dia terlalu capek sampai-sampai malas bertanya apa hasilnya, aku sempat sedih karena harapanku reaksinya akan sangat sumringah ternyata sangat kebalikannya alias cuek bebek. "koq nggak nanya apa hasilnya?" "apa?" "alhamdulillah positif" "ya syukurlah" sambil lalu merebahkan badannya yang lelah. It was a totally failed mission! Mission UNACCHOMPLISHED! #sobbing.
Namun hari berikutnya aku tahu kenapa reaksinya seperti itu, ia begitu lelah memikirkan dan meyakini kalau isi amplop itu adalah hasil ujiannya yang mengecewakan atau ada surat peringatan dari kampus. Hehe. Kini aku yang merasa bersalah. Anyway, masa-masa pengabaran tentang kehamilanku sudah berakhir kini waktunya untuk move on to the next level which was a check-up.
Pemeriksaaan pertama kehamilanku ini terjadi hari Jum'at pagi tanggal 18 Mei 2012 bersama dengan Adinda karena kebetulan dia tidak bisa ditemani oleh suaminya dan suamiku juga kebetulan hari Jum'at pagi masih sibuk dengan kerjaannya di kampus. Aku akhirnya memilih dokter laki-laki yang sama dengan yang dipilih Adinda dikarenakan hanya dia yang mahir berbahasa Inggris. 
Pertama kali itu aku mendengar detak jantung buah hatiku, dag dig dug, subhanalloh, alhamdulillah, laailaahaillalloh, allohuakbar...usianya saat itu sudah beranjak 7 minggu, jelas saja ia sudah dikaruniai ruh. It was perfectly AMAZING! Terima kasih ya Alloh...
Trimester pertama yang aku rasakan sungguh indah, damai, dan sangat bahagia terlepas dari sleep disorder dimana tidur malamku yang sering terganggu di awal-awal trimester ini dan belakangan hari ini. Aku tidak mengalami morning sickness, nausea, mual, muntah dll. Alhamdulillah aku hanya mengalami nose bleed setiap kali bangun tidur, itu pun tidak parah. Hidungku pun tidak mengalami sensitivitas tinggi terhadap bau-bauan menyengat seperti bau makanan, alhamdulillah aku masih masak dan malah jadi ketergantungan dengan asyiknya memasak, aku belakangan sering masak masakan yang unik lalu mengabadikannya dengan kamera dan mengunggahnya di FB meski hanya untuk konsumsiku sendiri dan ditag ke adikku, neng Cuked. Aku jadi merasa seperti a sexy chef a'la Farah Queen. Hehe.
Kini hari ini, Rabu 20 Juni 2012, usia janinku genap 12 minggu atau kurang lebih tepat 3 bulan. Trimester pertama sudah terlalui dengan selamat dan bahagia semua tidak lain hanya karena kasih sayang Alloh SWT semata. Semoga Alloh senantiasa menganugerahi aku, suamiku, buah hati kami kesehatan, kebahagiaan, ketawakalan, keluasan serta kelancaran dalam menjalankan proses yang sungguh memesona ini. Aamiin ya mujibuddu'a...

The Solitude

0 komentar
It has been 6 days since he left for Turkey in the reason of attending and joining a conference along with his fellow student. 
Last Thursday, April 26th 2012, in the morning I came along with him to campus in order to capture our moments before he left me alone aboard in a foreign home. We took some pictures with various stunning backgrounds of a wonderful campus. Flowers were still blooming and spreading their nice fragrance. 
us with the purple and red rhododendron
sight seeing a fish pond
the watef fall
I never thought it would be this though; spending every second without him. Maybe I am just not accostumed to it.
The first day he left, at night I could not sleep a wink so I decided to make some snack made of fish I bought that afternoon in the traditional market. It occured to me to remember what my neighbor has made which was Tekwan. Then I made it by following the procedure and the ingredients from internet. After a couple of minutes, it was done. I did it. It was delicious combined with Miyok or seaweed I bought that afternoon too. I ate it that mid night since it was a sleepless night.
The second day, my friend asked me to have a picnic in down town. We equipped ourselves with meal for lunch. We took a bus, then arrived in a super market with clothing sale. Then we took sometime to stop by, look for some cute clothes and buy it. After an hour, we headed to the park for having a picnic. It was such a shiny day that we ate our lunch, had a chit chat, and took some pictures slowly. We savored every minute there until I got home and felt the loneliness again.
The third day, my friend, who is the tutor of UT Korea too, and I went to Seoul, same place as our previous TTMs (Tutorial Tatap Muka). The schedule was for proctoring an exam try out. We finished our responsibility at 4.30 pm. We directly took a bus, subway, and a bus to our home town in Cheongju. We finally got home around 8.30 pm. It was totally exshausting until I realized I was alone at home, it become devastating. 
The fourth day, I woke up so late that I did not conduct a sunnah fasting. I lay down on a matrass for so long, until I had a desire to go jogging. Then I jogged and did some exercise in a small valley that has a few gymnastic equipments. It was a perfect afternoon to do some exercise; the wind blew often, a summer breeze, and the birds tweeted beautifully. Not to mention the trees danced and their dried leaves created a natural music for this solitude. That perfection still could not sweep away my misery.
The fifth day, I heard some noise from the school beside my house. It reminded me of my neighbor's son, who was gonna join that competition in that school. Then I went there looking for them, but I did not make it. I then decided to go to campus bank to pay the gas bill. My Good Lord, the bank was closed maybe because of the labour day that day, yes it was May 1st 2012. I went back home then decided to take some water from the free of charge water taps (I actually do not know how to call this publice service properly). I also offered my neighbor some help to take water for her family. I was tired, but my heart felt more. He did not go online lately, maybe too busy in the conference. I always pray for his best. 
Well, today is the sixth day. I went back to the bank and thanks God it was available. 
How long will I remain strong? Let's just count the day then.

The Beauty of 한복 (Hanbok)

0 komentar
If you're a big fan of Korean Drama, especially the classic one like Dong Yi, I bet you're familiar with Korean female traditional outfit called 한복 (read Hanbok). Well, in a wonderful time in Fall, I once took a strool and had a window shopping in Hanbok store. Not only was I allowed to take a picture of each Hanbok, but also I was allowed to put on a marvellous hanbok! It was awesome since not everyone has that kinda lucky chance. Here are some photographs of Hanbok in that store:








And if you feel like to buy one of those 한복, let me know by contacting me through my email: tira_sari30@yahoo.com. Have a nice dreaming of having one of marvellous Hanboks!

Korea Selatan Di Mata Si Katro

0 komentar
Bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi warga negara maju seperti banyak negara di benua Eropa atau beberapa negara di benua Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan, hal-hal yang mereka lalui tiap harinya mungkin tidak dianggap sesuatu yang "ajaib". Namun bagi saya seorang yang lahir dan besar di negara berkembang seperti Indonesia, tinggal untuk beberapa bulan di negara maju seperti Korea Selatan, melewati hari-hari yang dipenuhi dengan "kemajuan dan keberadaban" yang ditawarkan warga dan pemerintah di negara ini adalah suatu "keajaiban". 
Meminjam istilah host sekaligus komedian Tukul Arwana, panggillah saya katro atau ndeso atau kampungan. Namun banyak hal yang menurut warga asli sini biasa saja tapi tidak bagi saya; bagi saya hal-hal tersebut adalah suatu keajaiban sampai saya berfikir "koq bisa ada orang yang bikin ini atau itu, ngelakuin ini atau itu dll". Pokoknya semua serba menakjubkan bagi saya yang lahir dan besar di negara yang teman saya sebut sebagai "Planet of the apes" sangking hampir semua warganya tidak pernah bertindak layaknya seorang "manusia" yang memiliki akal bertindak, ya ambillah contoh kecil yaitu mengantri. Di negara kita tercinta, mengantri bukanlah berbaris dari depan ke belakang akan tetapi dari samping kanan dan kiri. Weirdo? Indeed. Sampai-sampai dosen saya yang pernah tinggal lama di Autralia pernah menjadi "korban" antrian yang aneh namun biasa ini karena ia telah terbiasa mengantri dengan normal yaitu berbaris dari depan ke belakang. Walhasil, pengantri yang taat seperi dia akan dikalahkan oleh semua warga yang mengantri dengan brutal. Di Indonesia susah kalau mau taat, karena kita harus melawan jutaan orang yang tak taat. Alhasil, dari pada kita jadi korban seperti dosen saya tadi, mending ikutan aturan main mereka yang dominannya tidak taat. Mau gimana lagi? #deep sigh.
Banyak hal-hal yang ajaib bagi saya si katro dari Indoensia ini, diantaranya adalah:
  • Mesin Jualan: mesin jajanan, minuman, sampai kebutuhan perempuan seperti sstttt pembalut. Mesin ini bisa di temukan diantaranya di sudut gedung kampus dan sudut dekat toilet subway station. Buat saya semua ini ajaib, karena selain di Bandung tidak pernah ditemukan satu pun mesin jajanan seperti itu, mesin-mesin ini juga menawarkan keefektifan dan kenyamanan instant shopping. Efektif karena kita bisa langsung memilih jajanan atau minuman yang kita ingin di satu display dan efektif karena uang yang disisipkan ke dalam mesin akan langsung "memberikan" kembalian kita dalam beberapa detik. How quick! Nyaman sebab kita tidak usah merasa khawatir dengan cashier (kalau cashier-nya anak muda sih biasanya ramah-ramah, tapi kalau cashier-nya ajumma alias ibu-ibu itu loh yang juteekk ny minta ampun kalo kita lama nongkrongin milih-milih barang belanjaan) yang menunggu kita membayar atau paling tidak nyaman ketika kita tidak jadi membeli. Kita cuma mau liat-liat barang yang di pampang di display aja juga boleh. No body cares! and the most important thing is no body gets mad when you decide not to buy anything!
  • Water dispenser: di Negeri Ginseng ini pemerintahnya tidak pelit sama air minum. Yups! Kita bisa banyak menemukan water dispenser di beberapa tempat umum, dan gratis tis tis. Di gedung kampus, biasanya dekat toilet, di super market, bisanya dekat elevator. Dan uniknya lagi, gelas buat minumnya pun di sediakan dan lagi-lagi gratis. Anehnya gelas gratis ini tidak seperti gelas yang biasa kita temukan di Bandung dan sekitarnya, gelas ini terbuat dari kertas. Yeah, seperti kertas buat nulis, dilipat-lipat dan menjadi bentuk seperti ini: 
gelas kertas kampus CBNU
  • Kran air minum gratis: lagi-lagi air minum adalah hal yang penting di Korea Selatan. Pemerintahnya sangatlah concerned tentang ketersediaan air minum bersih bagi warganya, mungkin karena air minum adalah hal yang vital bagi manusia selain mungkin bagi negara maju ini, air minum adalah hal yang murah jadi pemerintah membagikannya dengan cuma-cuma. Dan perkiraan saya yang lain adalah mungkin karena orang sini terutama orang tua seperti ajossi dan ajumma nya paling doyan jogging, running, exercising dan hiking. Hmmm aneh ya, yang hobi olah raga itu orang tua loh! Katanya anak muda nya lebih suka minum-minum soju dari pada olah raga. Coba bandingkan sama warga kita, orang tua olah raga? sangat bisa dihitung jari, anak muda olah raga? lumayan lah kalau kita pergi ke beberapa tempat pusat olah raga, seperti gelora bung karno di Jakarta, atau gasibu di bandung, tapi mereka lebih berolahraga untuk rekreasi. Ya kan? Itu sih pengalaman saya. hehe. Saya lebih suka pergi ke pusat olah raga untuk jajan-jajan dan window shopping! Olah raga yang aneehh. Kalau pun olah raga sesungguhnya, saya pernah rutin senam aerobik di dekat rumah di Bandung. Seru, berkeringat, dan bersemangat karena dentuman dangdut koplo yang di pilih teh Iis sang intruktur. hihi.
Kran air minum (lagi-lagi) gratis
  • Seperangkat alat gym gratis di lapangan olah raga: seperti yang telah tadi saya singgung, orang sini terutama orang tuanya sangat hobi olah raga. Jadi tidak salah pemerintahnya menyediakan seperangkat alat olah raga yang disebut K-Power (perhatian, bukan K-Pop ya) ini di beberapa lapangan olah raga atau malah di atas bukit sekalipun kita bisa menemukan alat-alat gym ini.
gaya dulu ah, bukan olah raga dulu ah.
  • Subway alias kereta bawah tanah yang canggih: sejak kecil saya sudah suka nonton film Hollywood dimana ceritanya kadang ada setting subwaynya. Dulu sampai sekarang sebenarnya saya masih takjub dengan negara maju yang peradabannya sangat jauuuuh di depan negara berkembang seperti negara kita. Bagaimana ya orang bisa bangun stasion kereta bawah tanah yang begitu luas, lebar, dan dengan kualitas kereta yang diatas rata-rata kereta patas kita. Dan bersihnya itu loh nggak ketulungan, nggak ada satu sampah pun berserakan di lantai stasion kereta bawah tanah di Korea Selatan ini. Mantaps.
Salah satu elevator stasion kereta bawah tanah yang curam
Ajumma yang tertidur di kursi khusus lansia, ibu hamil, ibu menyusui, dan ataupun disable people
Monitor pengumuman datangnya kereta 
Suasana di dalam kereta bawah tanah
  • Pasar tradisional/ 시장 (sijang) yang bersih: nggak usah malu atau takut muntah-muntah kalau kita mau berbelanja sayur, ikan dkk di pasar tradisional sini karena ngebayangin pasar induk Gede Bage atau pasar Ujung Berung yang bau dan bentuknya bikin mata dan hidung kita trauma. Di sini pasar tradisional benar-benar ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada bau tidak sedap atau tanah yang becek kotor sehabis hujan. Yang bisa kita cium hanyalah wangi daging yang dipanggang, wangi berbagai jenis gorengan yang dijajakan, wangi  두부  (dubu) atau tahu yang baru diangkat dari mesin cetaknya, juga wangi sayur mayur dan buah-buahan yang segar. Berbelanja menjadi menyenangkan tidak kalah dengan berbelanja di super market.
Lapak seafood beserta sang model eh sang empunya
Beragam ikan teri dan kim/rumput laut kering
Sayur mayur ala Korea
Pasar yang kinclong 
Well, I guess that's all for now. Mungkin segitu dulu yang sekarang saya ingat hal-hal di Korea Selatan terutama di tempat saya sekarang tinggal bersama suami yang bikin saya takjub. Once again, I must admit that I am a Katro person who admires all seems-to-be magical things in this so-called developed country. Hope oneday Indonesia can be like this too, aamiin.

Manjadda wajadda is the key to success

1 komentar
An inspiring novel especially for pesantren graduates like me
If you do not feel like watching domestic ordinary movies most of them telling about teenage lovers, family conflict, (sorry to say) sex comedy, or horror yet vulgar casts, you might not want to miss this hilariously inspiring movie telling about the power of determination and perseverance; Negeri 5 Menara (five towers land). You will feel no regret watching this movie since there is a myriad of advantages you could take after moments of shedding tears, lauging out loud, feeling touched, getting motivated and especially for me and those who used to study in an Islamic boarding school will be having heartfelt and vivid memories of spending precious adolescent times in pesantren.
This movie is one of a kind considering the setting is pondok pesantren called Pondok Madani (abbreviated as PM). I think most Indonesian movie lovers are not that familiar with Islamic boarding school because there is only a few of producers or directors who are interested in making that kind of movie (before this movie was released, there are some pesantren setting movies such as Sang Pencerah and Dalam Mihrab Cinta). Fortunately, for other alumnus of Islamic boarding school, this movie really represents their deepest thought about making the wildest dreams come true including going to a prominent university and going abroad regardless people’s assumption concerning the flaws they had because of studying Islamic values inpesantren would hinder them to get that dream. 
The battle of exhibiting who can pursue the greatest dream to study in ITB (Institut Teknologi Bandung) between Alif and his best pal, Randai, had dragged him to fight with his parents’ decision of sending him to PM. Randai, other people, even Alif himself thought it was impossible for a pesantren graduate to pursue such dream in the result of pesantren lack of science knowledge and social subjects. Alif assumed it would be a very ordinary dream if he finished studying from PM and later he ended up as a religion teacher or a preacher.  That is why he and his best buddies, Raja, Said, Dulmajid, Atang and Baso, called Sohibul Menara decided to have extraordinary dreams instead. Besides it occured to them to have special talents and he similarly was gifted a linguitic potential that led him to be an excellent journalist one day.
Alif’s parents were portrayed as wise and attentive parents. Eventhough he was againts his parents’ decision of sending him to PM, their parents were able to tame his stubborness by making him understand of their hope that PM could make him good at Islamic values and a decent muslim. This disagreement was overcome with tender, caring and love communication between parents and their son, especially his father. They were able to go through it withoung getting into a fight and hating each other due to the proper communication; his father told him exactly what their dream about him was, what kind of person that they expected him to become, and eventually he could comprehend it and granted what his parents wished. This kind of parental guidance and communication that every child needs; to be understood what goal and dream he or she wants to achieve and to understand what his or her parents wish them to achieve in life. By having an open communication, their either slight or bold distintive vision will eventually meet in a solution agreed by both sides like what happened to Alif and his parents. 
Vividly, the values were taught to him and other santri in PM, made them realize that they must live their life to the fullest. There is a value says that the greatest man is someone who gives most beneficial things to others. This makes them always willing to help one another. They did not mind lending money when their friends need it. Nor did they mind sharing foods with roomates. Even when it came to someone’s biggest problem such as deciding to quit the study because he must take care of his sick grandmother, they cared for him and tried to find another alternative to choose though he finally had to quit it. This kind of solid friendship or what-so-called brotherhood is probably merely found in pesantren surroundings since the living togetherness in pesantren forms its own warmest athmosphere among its residents. This movie obviously depicts that people who spent their youth in pesantren were thought to be the kindest man not the one that our media recently exposed them in a very deceptive way; telling our society that they are terorrists. 
Spending youth in PM was not as horrible as Alif imagined before. The strict rules, stern teachers, disciplined and tight schedule always frightened him and made him unwilling to settel down. Only his accidental fraternity with Sohibul Menara that motivated him to bear and fit in PM and all its regulations. Along with his best friends, Alif learned how to live independently; doing chores by himself, being responsible for all decisions, studying all nights to pass the exam, coping the situation of being broke (running out of allowance) and many of others. Being independent does not mean that they did not help each other out during hard times. It is because they also were taught that the best human being is the one who gives more benefits to others. They shared the predicament they faced, they helped finding out the solution, they helped each other lending some money to those who more needy, as yougsters they even helped each other violating the school rules. The memorable moments Alif spent with his best friends in PM are delighfully  described in the movie; the fun, the amusing events, the jokes, and so on. 
Religious, decent, devout and inspiring teachers (usually called Ustad, arabic term) had turned Alif and all of his friends to have faith that santri (pesantren students) like themselves had the same capability and opportunity as modern students did. They spreaded the magical and charming principle of manjadda wajadda (those who are determined will surely succeed). This saying was injected everyday to the santri(students). They were on fire to do all school works not only because of their responsibility to the school but also as the worship they did to Lord. Every deed they conducted was based on lillahita’ala (seeking Lord’s willing). Many Islamic principles were taught to them in the hope that they would become both a great muslim and a great dream pursuer. In other words, they were expected not only to succeed in life but also succeed in afterlife. 
Finally, this movie is absolutely worth watching for everyone especially those who desire to get something more than a joy and entertaiment, something is a invaluable life lesson. This movie offers beyong that, to be precise, it gives us the spirit of perseverance and dreams. Keeping faith in God’s Greatness and believing in ourselves as well as having our parents’ and friends’ supports also prayers are most likely the menu for our success.  And for me this movie is so special for it brings back my memory to my precious moments spending my adolescence to study in pesantren.

A Heavenly Waffle

0 komentar
Today is Monday, April 16th 2012, when I tasted the most scrumptious waffle on earth \^.^/. I will never let this memory go of my mind since it blew my mind instead. Good Lord...is every word my friend, Witha, and I murmured while enjoying the waffle.
This afternoon was supposed to be the day we hunted for some blossoming cherry blossom flowers, but rather we found it disappointing that some of their petals were gone by the wind. It was not that perfect timing to capture near those kinds of fallen flower trees. Thus, we decided just to take a stroll by the side of the road and look for some well-known Korean snacks, one of them is Odeng. Then we let ourselves have some, actually I only ate one Odeng and my friend had more than one, Odengs. When we nearly finished our Odeng, her Odengs actually again, kkkkk, it just crossed my mind about waffle, my favourite dessert, even though not so many waffles I have ever tasted, I asked if she also knew about the waffle shop or whatsoever near the vicinity. And she said that she has her own favourite waffle vendor which is absolutely incredibly yummy. Well, since I still remember that the waffle shop I once had a crush on when I took a walk with my hubby is near the Odeng vendor, then I firstly showed her where it was. Voila! She finally remembered that IT is also the waffle cafe that she adores. My my, what a coincidence! Since she had been there before with her buddies, she really recommended that we turn our failed-cherry blossom-hunting to enjoying the waffle in that cafe. I was broke at that time so that I couldn't risk the budget for the rest of this month over some bites of what-so-called yummy waffle. Then she offered a help to lend me some money, yes I agreed then.
Finally, we ended up in a front corner of the elegant, retro, trendy, jazzy, cozy, naturalist cafe, which unfortunately I forgot its name.
time flies so fast when you sit there
She directly ordered ice cream waffle vanilla and strawberry flavour. The waiter, which is also the owner of the cafe, we realized it because of his face sticker sticked on the cover of the menu, it is so neat!, said " 여덟 " means eight minutes to wait for the waffle.
Yes, we waited for no waste. In fact, it was a heavenly waffle that we waited for  여덟  . Due to its tantalizing appearance, we grabbed our camera to shoot its perfect shape. Here is one of our most memorable waffle we ever eat...
left angle
right angle
my name is Heavenly Waffle

just like heaven
After taking some pictures of it, we passionately grabbed the fork and stabbed the waffle and hopped it into our wildly drooling mouth. WOW! It was just like heaven. We looked at each other and laughed. We grabbed some of it over and over again while laughing. We ridiculously knew what we laugh about, it was just too perfect not to have a big laugh. It simply showed that we really do adore this waffle. Gosh! We enjoyed every little bite of it. We were truly blessed this afternoon. We were overwhelmed with gratitude and bliss. Subhanalloh, Alhamdulillah, Laailaahaillalloh, Allohuakbar.
And after finishing our last bite of Heavenly Waffle, she came to the cashier that was again the owner of the cafe. He indeed has multitalents. Another good thing about this cafe was he could speak "Selamat pagi, selamat siang". Wow! Isn't that awesome? My friend who happens to be able to speak Korean well, asked him how he knew Bahasa. He said that back then he had had an Indonesian chingu and they were pretty close. Atta boy! Not only he is good looking but also multitalented as well as is able to speak a little Bahasa.
Then when we left and said goodbye, he again spoke Bahasa "Selamat malam". So adorable he is.
In brief, this cafe is highly recommended if one day you have a chance to go to Cheongju. And would you mind telling me if you decided to hang out in this cafe? For I do not mind escorting you go there and having some free-charged heavenly waffle :).

Spring Cheongju

0 komentar
On Tuesday, April 10 2012, I was totally excited to witness the perfect symphony of Lord's creatures. There were birds singing, tweeting, and bees were buzzing, sucking each 벚꽃 (potcot, cherry blossom flower), and  벚꽃 petals were dancing, falling down from its tree. For others, it might not be that special, yet for me it was one of spectacular moments in my life. And it would be very greedy if I merely kept the pictures of its perfection all by myself. The following days, I spent a peaceful yet alone bike trip to the vicinity near sijang (traditional market) and a small river. Well, enjoy the picturesque moments!
Magnolia Stellata
me and her
just white and pure
fallen 벚꽃 petals
Magnolia Soulangeana Nigra
me and 벚꽃
river view
sunset 벚꽃
mid day 벚꽃
morning 벚꽃 
feeding frenzy in a pristine pond
a pristine pond 
what a beauty
just perfect
white 벚꽃
Geulis in action
close up 벚꽃
벚꽃 tree in front of Physics building
Big Magnolia Stellata 
Korean Rhododenron
벚꽃 in action